Taman Duri (Puisi)

 
Ilustrasi: pixabay.com




Taman Duri

Bila waktumu luang,
Datanglah ke rumahku
Akan kutunjukkan pohon duri 
yang merambat di lorong lengang dada

Di sini, oksigen sulit kuhirup
Sebab tumpukan luka mengimpit rongga udara.
Hingga harapan tinggal debu
menempel di cermin masa lalu

Bila waktumu luang,
Kunjungi aku yang kini telah menjelma tukang taman
Yang merawat duri 
Dan lupa cara mengobati diri.

Sarjo, 04 Januari 2020



Tumbuh di Hatimu

Seperti bunga
Aku ingin tumbuh di halaman rumahmu
Mekar tak bermusim
Dalam pagar cinta paling setia

Bila suatu waktu kumbang dan kupu-kupu bertamu
Kita menutup pintu masing-masing;
Kaumengunci rumah, dan aku menggembok diriku sendiri
Sampai kata aman benar-benar mengamankan.

Sebagai tanaman yang memilih hidup di hatimu,
Aku kerap berharap dipupuk kasih sayang 
Tak mau layu
Apalagi bertangkai ragu
Hingga kelak kaulah mencabut akarku 
Lalu menjauh

Sarjo,   Januari 2020



Rumah

Aku kerap bermimpi
Menjadi tempat pulang bagi lelahmu
Menyuguhkan segelas kopi
yang gulanya dari peluhmu

Aku pun ingin menjadi ruang
untuk tumpukan resahmu
Mengarsipkan setiap lembaran luka
yang kelak sebagai pengantar lelap
Hingga nanti tangan-tangan waktu
Meluruhkan kita
Yang hanya seandainya

Sarjo, 17 Desember 2019



Loyal

Lalai kadang bertandang di dadaku
Merayu dengan nyaman sebagai jaminan
Hendak melucuti tanggungjawab dan sumpah
Yang terpatri rapi 
Namun kuhempaskan ia jauh-jauh

Di luar sana,
Ada banyak pasang mata memata-matai kesetiaan itu
Membayar curiga, membeli kejujuran
Hingga percaya hanyalah mainan anak-anak kecil

Dan aku memilih berdiri sendiri 
pada kaki pengabdian karena cinta 

Sarjo, 10 Januari 2020



Belajar Piano

Di sore yang mendung
Ia merenung, bingung.
Menentang tubuh piano,
lalu bercakap-cakap pada lembaran not.

Sesekali lengkungan alisnya berkerut,
ketika tangga nada tak berurut.
Ah, rumit!
Serumit aku memahami senyummu.

Jemari mulai kaku
Ia sejenak bisu, membolak-balik buku,
hingga menemukan pesan baku.

"Mencintai seperti halnya belajar piano, kau harus peka pada nada-nadanya!"

Sarjo, 18 April 2020




Baca juga: puisi Perempuan di Sudut Kota di sini

Posting Komentar

0 Komentar