Kepada Telepon
Kutulis kata pengantar rindu
pada layar telepon genggam hitam:
Ayah, Ibu
maafkan anakmu!
Raganya terkurung dalam jeruji pandemi
Janji untuk membahagiakan kalian ditunda dulu
Besok, setelah bebas
akan kulunasi utang ini
Semoga doa menjaga jiwa dan raga kita!
Pesan pun terkirim dibawa jaringan telkomsel
Terima kasih!
Karenamu, aku tak perlu memaki pak pos.
My home, 25 April 2020
Saat mata dibaca buku.
Pagi
Mentari harapan bersinar
hangatkan sisa juang semalam
ketika burung burung melagu
di depan mata sayu
: cahaya Tuhan menuntun arah
bergegas merangkul tubuh pagi
Di kota ini
ia mengurung ingin
kakinya berontak hendak bebas
tapi di dada batuk meledak ledak
pagi itu
ia menikmati matahari
di balik jendela isolasi
menunggu sesak membenam
di ufuk keajaiban doa
"Selalu ada harapan terbit, bagi pemimpi yang tak ingin rebah"
Sarjo, 11 Agustus 2021
Antis
kuman-kuman menatap riang
menari dalam genggaman tangan
yang berjabat lupa berjarak
tanpa sempat dibilas
Ia mendekap tubuh rentan
Sakit!
Lalu tertawa di atas pembaringan
Sarjo, 30 September 2020
Baca juga: puisi Syair Cinta di Kantung Dada Bapak di sini
0 Komentar