Yang Tak Tertimbun Ingatan Zaman (Puisi)

 
Ilustrasi: Pexels





Yang Tak Tertimbun Ingatan Zaman
Oleh: Lidia

Detik pengetahuan berdetak
memutar jarum pikiranku
pada satu ruang sajak
yang dibaca berkali-kali waktu

Kucoba gali lagi namanya
nama yang tak tertimbun ingatan zaman
menyebut diri binatang jalang 
tapi tak serupa anjing pemburu lalu lalang
yang kurang sayang

Pada sajaknya 
ia menerjang kerasnya keadaan
melawan gigitan beban
dengan bait-bait peluru
menembus hati berbatu

Seratus tahun bertumbuh
merambat dalam hutan-hutan puisi
yang lebat berakar kukuh
melintasi generasi ke generasi
hingga kudapati dirinya kini
di wajah baru diksi-diksi

Kelak mungkin terbukti 
ia akan hidup seribu tahun lagi
setelah hari ini
kita masih merayakan ketiadaannya.

Sarjo, 01 Agustus 2022





Membaca Jejak Jiwa dalam Sajak

Pada buku yang mengajarku
berbahasa indonesia yang baik dan benar itu
ada kau disemat sajak
guru menyeru mengulang-ulang
"Binatang jalang"
kupikir itu binatang sungguhan yang malang

Seragam putih merah menundukkan kepala yang masih belia memaknai bait-baitmu
guru tersenyum mencubit kepolosanku
pengetahuan tua pada pangkatnya 
tak memaksa memahami segalamu
kala dulu

Jenjang pendidikan menggulir kedewasaan
dan kutemukan lagi syair itu
kini pelan-pelan kupahami
tentang kau 
yang tak mau kalah 
dari dunia
hingga kemenangan mengubur tubuhmu seratus tahun di liang puisi

Dan kau tinta hitam 
yang terus menggores sajak-sajak
putih memburuk dalam kepala
sebagai pengingat akan rendahnya
jiwa puisiku
lalu kubaca kau selalu seperti buku

Sarjo, 29 Juli 2022






Baca juga: puisi Dunia Lain di sini
 

Posting Komentar

0 Komentar