Rindu yang Berpetak-petak
Setelah menebang pohon waru
bapak menggali tanah itu
membentuk pematang ikan
tempat doa-doa disemogakan
Di tengahnya ada pintu
terbuat dari papan-papan jembatan
sebagai tempat pertemuan
bagi semua yang berenang
Di atasnya ada aku berdiri
membagi-bagi butiran kata
dan di bawah ada kau mengaminkan
Pematang ini adalah rinduku berpetak-petak
yang semasa kecil kurawat
kini berganti potongan-potongan tanah kering yang kosong
Sarjo, 24 April 2022
Bait Rindu
Ia telah usai menulis sajak-sajaknya
bait-bait rindu yang padanya
tak kutemukan tanda titik
sebagai akhir bagi kata-katanya
yang tak lagi lahir
Di tubuh puisi aku berdoa
sependek huruf-huruf yang kubaca
"Aku ingin hidup seribu tahun lagi"
Seperti titik
raga pun punya tanda baca
yang dieja airmata
itulah kematian!
Sarjo, 31 Mei 2022
Bertandang ke Rumahmu
Rindu melilitku, menarik kaki
bertandang ke rumahmu
melewati lorong-lorong kenangan
yang dulu kita jejaki
saat berziarah ke makam
Kini, kau ada di sana
dalam wujud yang lain, nisan.
kutaburi bunga-bunga doa
yang kupetik dari tanamanmu
yang lalu kau doakan tumbuh
Pada nisanmu itu, aku berguru:
perihal kematian tak mengenal gelar
perihal kehidupan berujung epitaf
perihal nama berubah debu-debu beterbangan dalam ingatan
yang kerap orang-orang usap
lalu hilang diganti nama baru
Aku bertandang ke rumahmu
tempat di mana kelak aku
bukan lagi tamu
Sarjo, 10 Mei 2022
Cerita Malam
Kesuraman hati ibu disaksikan gelapnya malam
pada perkampungan sepi
ketika bayinya lahir dalam kasih Tuhan
Bayi itu,
tak sempat merasakan
hangat peluk ibu
sebab kelahirannya menjadi kematian
nurani ibunya
ia dibuang seperti sampah
dalam kardus kecil
di bibir pantai
saat orang-orang terbuai mimpi
Tangisnya pecah
tetapi ibunya tak menoleh
hingga ombak membawa tubuhnya
bermain-main di tengah lautan
sampai ajal memeluk
Cerita malam itu bukan dongeng ibu
tetapi catatan saksi kelak
yang tak bisa dielak
Sarjo, 18 Mei 2022
Wara-wara
Pada pagi yang dingin
ada hati menimbun ingin
berlari dari gigil
ketika mendengar berita
menggilakan
Terdengar jelas pengumuman itu
namamu disebut tiga kali
telah berpulang!
Pada pagi yang dingin
tiga kali namamu diumumkan
jelas terdengar, menggilakan
hingga gigil berlari dari hati
yang selalu menimbun ingin
ingin kau tetap di sini
bukan sebagai nama pada pengumuman itu
Sarjo, 24 Mei 2022
Baca juga: puisi Mesin Cetak di sini
0 Komentar