Daun di Atas Kepala (Puisi)

Ilustrasi: Pixabay.com

 

Daun di Atas Kepala

Angin kematian berembus pelan
meluruhkan tubuh dedaunan
jatuh tepat di atas kepalaku
mungkin ia tak tahu 
kepala ini yang pernah memikirkan nasibnya
saat terancam punah 
dari tangan-tangan penebas bebas

Daun-daun itu beterbangan
mencari ketenangan hidup
di kakimu atau di atas kaki pengantar jenazah
yang sebelumnya menyapumu di laman

Pada musim kemarau ini
kita dihujani berita kepiluan, pandemi!
Usia tua dan muda pergi
seperti guguran daun kering itu.

Sarjo, 12 Mei 2022



Ampas 

Serupa kelapa, aku manusia 
yang dayanya diperas menghasilkan sepikul harta
lalu disiar media sebagai abdi yang bangkang 

Kau berikan segudang kepercayaan
di mana wanginya tak pernah menyentuh namaku
bahkan aku tak ada dalam daftar buku birumu

Inikah dunia?
memamerkan segala laku
yang bebannya tak bisa kupikul lewat canda

Serupa kelapa
akulah ampas yang esok kau ganti dengan mudah
ketika dayaku habis diserap serakahmu
hingga berkalang tanah

Sarjo, 26 Mei 2022



Musafir 2

Di tengah gersangnya akhlak
kau menuntun mata kakiku
menuju perigi keyakinan
lalu melepas dahaga keangkuhan
yang mengering di tubuh sakitku

Kuteguk secangkir airmu
sekilas terbayang-bayang zamzam 
dan kisah Hajar mencari setitik air
seperti diriku yang berlari
dari kekeringan hati 
dan menemukan ketenangan

Di tengah gersangnya akhlak
aku pelan-pelan tumbuh 
setelah membaca nasihatmu
yang orang-orang modern abaikan
bahwa hidup ini serupa padang
sedang aku hanyalah musafir 
menumpang minum di rumahmu

Esok yang entah
aku akan pulang 
sesuai jadwal ketetapanmu
seperti senja ini

Sarjo, 6 Mei 2022



Langgas

Ia telah bebas dari jeruji dunia yang menganga
menuju pengadilan Tuhan 
mengibar bendera kemerdekaan batin
yang begitu lama dijajah derita ketakadilan hakim-hakim 

Sarjo, 27 Mei 2022



Bandara

Kita menunggu di sini
memandang kesunyian laman bandara
ditemani kursi-kursi berbaris rapi
diam terpaku disapa angin subuh
sambil mengingat-ingat mimpi 
yang belum sempat diurai

Di sini, kutemukan segala ucapan selamat: selamat datang, selamat tinggal, selamat sampai tujuan
meski pada akhirnya aku tak pernah selamat dari airmata perpisahan

Kau melempar pesan pengingat 
saat pesawatmu hendak berangkat
"Belajarlah ikhlas, sebab kematian itu ibarat dijemput pesawat!"
 
Sarjo, 8 Mei 2022






Baca juga: puisi Genangan di sini


Posting Komentar

16 Komentar

  1. Puisinya bagusss, tentang daun dan kematian itu bikin merinding. Betapa dekatnya ketian dengan hidup kita sebenarnyam, hanya saja kita sering lupa.

    BalasHapus
  2. sedap puisinya, bikin merenung, huhu, trus jadi pengen bikin puisi juga udah lama gak nulis puisi

    BalasHapus
  3. Mudah-mudahan nanti bisa dikumpulkan dalam 1 buku puisi sendiri, ya

    BalasHapus
  4. Paling ngena ttg analogi kelapa, ntah karena penyuka kelapa hehe. Tp bener, kdg kita seperti ampas yg stlah di ambil sari, lalu dibuang. Ahh bagus2 puisinya mbak 😊

    BalasHapus
  5. Wah aku tak bisa bikin puisi denga diksi yang apik. Entahlah mgkin karena sebagai otak kiri atau emang minim kosa kata hehe puisinya bagus kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo belajar bareng, kak. Saya juga cukup rumit memilih diksi🙈

      Hapus
  6. Semangat terus menulis puisi. Semoga nanti jadi buku ya..yang penting hati2 dengan perumpamaan..

    BalasHapus
  7. Pesan terakhirnya jleb "Belajarlah ikhlas, sebab kematian itu ibarat dijemput pesawat!"

    BalasHapus
  8. Puisinya cakep. Diksi nya berkualitas. Sederhana namun tersampaika dengan baik pesannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih komentar baiknya, kak🙏🏻

      Hapus