Genangan (Puisi)

 
Ilustrasi: Pixabay.com



Genangan

Di bawah pohon berteduh
kita menyaksikan guyuran langit
menempias pada rupa dedaunan
sesekali menderas berlagu 
memekik 

Sesaat berlalu mendung tetiba cerah
rinai usai 
diam
menyisakan genangan

Kita saling tatap
apakah perasaan kita seperti itu?

Sarjo, 29 Januari 2022



Gerimis Sore Itu

Gerimis sore itu
membasahi ingatanku
tentang janji yang tak sampai
terhalang-halang mendung 

Karena getir berpetir
kusambut hujan itu tanpa payung
hingga tubuh kuyup luka
dan tak ada kau di sana

Gerimis sore itu
dinginkan dada dari hangat kata-katamu
yang bergemuruh selalu

Bagai kilat menyambar
begitulah lidahmu berkilah
mencakar tanpa tahu perih
sedang hati mudah luluh 
meleleh
seperti hujan ini

Sarjo, 29 Januari 2022



Genting Tua

Air menetes mengetuk kepala
setelah berhasil melubangi atap rumah
seperti kata-katamu
yang suka menusuk hati 

kutadah dengan cawan kecil
semakin banyak
hingga cukup membasuh wajah 
yang sembap airmata

Telah kutambal genting tua itu
dengan sepotong seng baru
agar senang hati ibu
tapi kau tak akan bisa menambal lukaku seperti genting itu
meski kau nukil puisi-puisi selembut sutra

sebab hati punya masa pulihnya sendiri

Sarjo, 30 Januari 2022



Hujan 2

Titik air kembali terdengar
mengetuk genting rumah
nada yang dulu masih sama
mengajak kita mandi hujan

Kuintip dari jendela
seperti memutar rekaman lama 
kau datang menumbuhkan batang hidupku yang patah

Hanya sesaat
semua terhenti saat hujan reda
dan kau beranjak pergi
bersama rinai yang kering di jendela

Suka duka laiknya rintik itu
jatuh, mengalir dalam kenang
menyisakan tangis atau senyap bersama lelap

dan kita belum mampu menutup jendela luka
dengan tirai pelangi

Sarjo, 29 Januari 2022





Baca juga: puisi Bunga di Tengah Sabana di sini

Posting Komentar

0 Komentar