Muara Doa (Puisi)

 
Ilustrasi: pixabay.com

Muara Doa

Barisan harap mengalir bak sungai
mengikuti arus takdir 
adalah doa-doaku sepanjang waktu
mencari jawaban dalam tanya 
teka-teki kehidupan

Ia melalui jembatan penghubung
antara kotaku dan kotamu
yang tak jarang tersesat 
sebelum sampai di muara temu

barangkali begitulah rencana Tuhan bekerja
berkelok-kelok, bergelombang, lalu menemukan titik terbaiknya
sukses!

Sarjo, 29 Juni 2021

Cermin

Tiap menit kau berkaca
memastikan kecantikan 
masih milik wajahmu yang purba
tua dimakan usia

sesekali bercerminlah
pada hatimu paling debu
agar kau bisa melihat salah
dan hitamnya diri
dan berhenti mencela buruk
orang lain

Tiap menit kau berkaca
bukan memoles hati
dengan iman
tapi menutup bekas titik
dengan pupur 

Sarjo, 27 Juni 2021


Hutan

Ketika usia beranjak 
melepas masa kanak-kanak
aku menjelajahi rimba kehidupan bersemak, jauh, gelap

terperangkap! 

duri-duri dosa menjalar di tubuhku
tumbuh lebat mengakar kuat
menutupi mata dan telinga

suara ayah, ibu, saudara
bak angin lalu
sebab aku pun tak lagi menemukan diriku 
yang tersesat kilau dunia 

lalu kau datang 
sebagai lentera Tuhan
menuntun dalam sujud

Sarjo, 25 Juni 2021


Pintu

Sambil menutup cerita lama
kubuka kisah baru
dengan memberi kunci keyakinan
pada diri
bahwa hidup perlu di-upgrade 

Kesalahan telah mengakui salahnya
di depan mata kebenaran
agar tak ada kesalahan berulang
yang nantinya meluruhkan gerimis 
di langit-langit matamu

Pintu itu kelak kau lalui 
sebagai batas antara teras
dan dapur hidupmu
menuju jalan berbatu, menikung-nikung, dan panjang
selama napas berumah dalam raga

Sarjo, 24 Juni 2021



Baca juga: puisi tentang luka di sini

Posting Komentar

0 Komentar