Kolam Luka (Puisi)

 
Ilustrasi: pixabay.com


Kolam Luka

Pagi yang cerah
di sebuah kolam wisata 
ia ingin mencecap air itu
sebelum mencobanya
ia lebih dulu bertanya pada bayangnya sendiri
"Apa bisa mengukur ceruk tanpa menceburkan diri?"

Di bibir kolam itu
seorang teman pura-pura menguji ilmu selamnya
kakinya ditarik dan jatuh 
ia karam
ia terpukul
seperti seseorang yang rebah dalam penolakan cinta

Guncangan itu menghantuinya bertalu-talu
membekas luka haru
sebab ia tak pernah tahu menyelam
serupa di dasar hatimu 
yang bungkam

Sarjo, 18 Juni 2021


Jembatan Bisu

Seperti jembatan 
aku menghubungkan hati yang jauh
kembali dekat
walau galau mengimpit 
kubisukan dengan senyum 

Kau kota yang diam-diam ingin kukunjungi
telah memilih sahabatku
sebagai bohlam penerang
lalu menumpuk rancangan 
masa depan di hatiku yang remuk

Tubuh kecil ini,
tak lagi mampu memikul beban luka
bila kau mendesak 
jalanmu akan putus sebelum tiba 
di rumahnya

Ingat, aku bukan jembatan beton
yang bisa kau lalui setiap saat

Sarjo, 19 Juni 2021


Mendung

Ketika kau pergi
langit cerah berganti abu-abu
kata kehilangan suaranya
rumah senyap

hanya detak di dinding itu bergerak
menghitung jejak 
langkah yang beranjak
membawa selembar kecewaku 

Entahlah!
kau selalu menjadi penyebab gerimis di dada
laiknya mendung sebelum hujan

Sarjo, 23 Juni 2021




Baca juga: puisi tentang doa dan harapan di sini







Posting Komentar

0 Komentar