Kolam Luka
Pagi yang cerah
di sebuah kolam wisata
ia ingin mencecap air itu
sebelum mencobanya
ia lebih dulu bertanya pada bayangnya sendiri
"Apa bisa mengukur ceruk tanpa menceburkan diri?"
Di bibir kolam itu
seorang teman pura-pura menguji ilmu selamnya
kakinya ditarik dan jatuh
ia karam
ia terpukul
seperti seseorang yang rebah dalam penolakan cinta
Guncangan itu menghantuinya bertalu-talu
membekas luka haru
sebab ia tak pernah tahu menyelam
serupa di dasar hatimu
yang bungkam
Sarjo, 18 Juni 2021
Jembatan Bisu
Seperti jembatan
aku menghubungkan hati yang jauh
kembali dekat
walau galau mengimpit
kubisukan dengan senyum
Kau kota yang diam-diam ingin kukunjungi
telah memilih sahabatku
sebagai bohlam penerang
lalu menumpuk rancangan
masa depan di hatiku yang remuk
Tubuh kecil ini,
tak lagi mampu memikul beban luka
bila kau mendesak
jalanmu akan putus sebelum tiba
di rumahnya
Ingat, aku bukan jembatan beton
yang bisa kau lalui setiap saat
Sarjo, 19 Juni 2021
Mendung
Ketika kau pergi
langit cerah berganti abu-abu
kata kehilangan suaranya
rumah senyap
hanya detak di dinding itu bergerak
menghitung jejak
langkah yang beranjak
membawa selembar kecewaku
Entahlah!
kau selalu menjadi penyebab gerimis di dada
laiknya mendung sebelum hujan
Sarjo, 23 Juni 2021
Baca juga: puisi tentang doa dan harapan di sini
0 Komentar