3 Langkah Utama Tembus Media
Puisi bukan lagi karya asing bagi semua kalangan, terutama kaum pemuda. Selain dijadikan hiasan buku harian, pun banyak jadi kicauan di media sosial.
Dimuat media cetak merupakan impian penulis pemula. Sebab tidak semua karya bisa diterbitkan Redaktur. Setelah masuk meja redaksi, akan dikurasi terlebih dahulu.
Nah, sebelum puisi teman-teman mengganggu Redaktur, baiknya baca artikel ini sampai tuntas ya, karena penulis akan membagi sedikit tip tembus media, tentunya berdasarkan pengalaman penulis sendiri, hehehe.
1. Pahami Tema
Tema itu apa sih? Permasalahan atau kasus yang dibahas dalam suatu karya, dan dapat menyentuh hati mantan. eh ngomong apa sih.
Jadi begini, sebelum menulis puisi, teman-teman harusnya paham tema apa saja yang sesuai dengan media tujuan. Istilahnya kita tahu dulu selera medianya, sebelum mengirim makanan, biar tidak salah alamat.
Misal, teman-teman mau mengirim puisi di media A, cari tahu di google model puisi yang sering diterbitkan dimedia itu. Jadi, harus banyak baca juga? tentu. Tugas penulis selain menulis ya membaca, khususnya karya orang lain agar ide yang tadinya membeku di kepala itu mencair. hehehe
2. Menulis
Setelah memahami tema puisi yang sering terbit di media tujuan, mulailah fokus menulis. Usahakan selesai sesuai target, dan hindari menulis sambil mengedit. Kenapa? karena mengedit sebelum tulisan selesai adalah pekerjaan yang tidak pernah selesai.
Bila tulisan teman-teman sudah beres, barulah diedit. Segala kekurangan ditambah, dan kelebihan dikurangi. Termasuk juga format penulisan perlu diperhatikan, agar kelihatan rapi dan Redaktur tertarik untuk membaca. Yang sering dipakai itu jenis tulisan Times New Roman, spasi 1,5 ukuran 12.
Nah, kalau sudah diamkan dulu tulisanmu. Beri sedikit jeda antara pikiran dan tulisanmu, lalu baca kembali agar dirimu tahu di mana letak ketidakbagusan itu.
Jika teman-teman merasa puisinya sudah layak bertamu di meja redaksi, silakan dikirim minimal 3 puisi lengkap dengan biodata singkat di halaman terakhir, dan ingat berdoa, semoga terbit.
3. Buat Pengantar Email
Langkah terakhir dan paling penting buat teman-teman pemula yaitu buat pengantar di badan email. Di situ kita cantumkan judul puisi yang dilampirkan, nama pengirim, dan nomor rekening. Berikut ini penulis contohkan pengantar emai, biar kesannya lebih sopan.
Kepada
Yth. Redaktur ....
Di tempat
Assalamualaikum wr. wb
Dengan hormat,
Bersama ini saya kirimkan 3 buah puisi (terlampir) dengan judul sebagai berikut:
1. ....
2. ....
3. ....
Saya sangat berharap agar kiranya puisi ini Anda baca. Adapun kelayakan pemuatannya, sepenuhnya hak Anda. Atas pembacaan dan pertimbangan Anda, saya ucapkan terima kasih.
...., 22 Januari 2022
Hormat saya,
....
(email pengirim)
No. Telepon :....
No. Rek : ...
a. n ....
Yang kosong bagian atas, teman-teman isi sesuai dengan nama media. Kemudian judul puisinya apa, nama pengirim, nomor telepon, email, dan nomor rekening dilengkapi ya, siapa tahu terbit dan ada honornya. Lampirkan juga foto terbaru teman-teman.
Di bawah ini, penulis sertakan puisi penulis sendiri yang pernah dimuat di koran harian Bhirawa. Siapa tahu berminat mengirim ke media tersebut. Selamat membaca, semoga sukses ya.
Langit Malam itu
Di atas sana,
ada yang mengamati sujud
berisi bisikan mimpi
yang kaukemas dalam doa
membujuk kasih Tuhan
Sedang di beranda
binar rembulan memantul rindu
menyinari masa-masa berlalu
yang kini kau dongengkan
untuk anak-anakmu
sebagai pengantar masa depan
Segala kebaikan kautabur
layaknya bintang-bintang penghias kelam
kaucipta cahaya di pundaknya
dengan segudang harap
mampu menerangi hari-harimu
di masa tua
Perjuanganmu itu seperti kisah seribu satu malam
yang tak pernah selesai dieja
meski zaman berganti rupa
IBU!
Kau langit malam yang selalu sabar
menanti sinar bintang-bintangmu
terang di gelapnya kehidupan
Sarjo, 06 Desember 2021
Suara Sunyi
Aku di sini
dalam ruang pustaka kebisuan
menyuarakan lembaran-lembaran riwayat
yang mungkin tak pernah kau dengar
pada ruang-ruang nada lagumu
Ini bukan do-re-mi
yang kau suarakan dalam rekaman karaoke
sebagai penghibur segala resah
yang tak mau senyap sejenak
Ini tentang sunyi
yang bersuara di dada perempuan
tak sanggup terucap
sebab lukanya begitu kuat mengunci
dan kau memahami itu biasa saja
Aku di sini
Belajar mengerti buku ibu-ibu
yang terisak dalam ketabahan
sebagai budak
Sarjo, 07 Desember 2021
Rumah Tua
Tangis tawaku mencurah
tertampung dalam tiap bilik rumah
mungkin sebagai cat
atau cap hari tua
Kulihat pintu tetap pada tempatnya
yang sejak kecil kubuka dan tutup
kini masih menyambut
seperti pengingat usiaku kian dewasa
Jendela-jendela mulai keriput
tak terawat lagi
tangan yang dulu gesit
sudah tak mampu menata rambut sendiri
Rumahku kehilangan warna
tapi ibu selalu ada
memberi pelangi dalam dekap
ketika aku pulang
Kelak, aku pun menjelma rumah
menghimpun gelap terangnya kisah
anak-anak
Sarjo, 08 Desember 2021
Daun
Angin kembali memetik dedaunan
menerbangkan jauh dari mata rantingnya
ada yang mengelus rambut
dan juga menampar wajahku
Daun hijau seperti usia muda
meluruh meninggalkan ibu
di mana tangannya tak mampu lagi
saling mendekap tubuh
hanya terbaring di atas tanah basah
melambai sekejap lalu pergi
mengikuti arah takdirNya
Daun kering ibarat masa tua
yang dengan ikhlas jatuh sesuai tempo umurnya
menurut kemana angin membawanya
di depanku atau di depan orang-orang
yang sedang menyapu airmata
Di musim ini
napas kita layaknya daun-daun itu
yang mesti siap jatuh ke liang
berpisah dan dipisahkan
Sarjo, 10 Desember 2021
0 Komentar