7 Penyair Indonesia Yang Wajib Dibaca Karyanya


 
Penyair Indonesia
Sumber: pixabay.com

            
gudangkatalain.blogspot.com/7 Penyair Indonesia Yang Wajib Dibaca Karyanya

Sebagai seorang pecinta sastra khususnya puisi, rasanya belum sah mencinta jika belum mengetahui dan membaca karya-karya penyair terkenal Indonesia. Di mana puisi-puisinya kerap dijadikan bahan ajar Sekolah Dasar(SD) sejak dulu hingga saat ini.

Lalu, siapa saja nama-nama legendaris itu? penulis akan membahas satu per satu beserta puisinya di sini. 

1. Chairil Anwar

Pemilik puisi berjudul "Aku" yang diakui sebagai pelopor sastra '45 ini lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922. Sajak-sajaknya mendapat pengakuan dari Dr. A Teeuw, kritikus sastra Belanda.

Beliau meninggal di usia muda, 27 tahun, di Rumah Sakit Umum Pemerintah Jakarta, 28 April 1948 dengan riwayat penyakit yang cukup lama.

Chairil dikenal sebagai penyair spontan, tidak menunda ide yang tetiba menghampirinya. "Di ponegoro" salah satu sajaknya yang terkenal dan juga sering dilombakan anak-anak sekolah.
Berikut ini nukilan puisi Chairil "Doa"

Doa
(Kepada Pemeluk Teguh)

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
              Biar susah sungguh 
              mengingat Kau penuh seluruh
caya-Mu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
             Tuhanku
             aku hilang bentuk
             remuk
             Tuhanku
             aku mengembara di negeri asing
             Tuhanku 
             di pintu-Mu aku mengetuk 
             aku tidak bisa berpaling

2. Amir Hamzah

Beliau merupakan penulis lembut dan romantis kelahiran Sumatra Utara. Puisi-puisinya berhamburan di majalah seperti Panji Pustaka, Pujangga Baru, dan Timbul di zamannya.

Puisinya berpola syair lama dengan rima ab-ab, di bawah ini penulis kutip puisinya.

Buah Rindu

Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dari nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
Di waktu ini gelap gulita
....

Meskipun pola ini terbilang sudah lama tetapi masih awet dan dinikmati sampai sekarang. Bahkan masih banyak penulis pemula yang meniru dan memakai caranya.

3. Subagio Sastrowardojo

Penyair yang berpendidikan sastra dan kebudayaan ini lahir di Madiun, 1 Februari 1924. Selain menulis puisi, ternyata beliau juga menulis cerpen, dan penerjemah naskah drama.
Salah satu puisi beliau,

Di Dalam Dada

jika dibelah dadaku
akan nampak semua yang diangan
              ada gunung ada lembah
              ada pohon di pinggir sawah
              jalan setapak menuju rumah
tapi ada juga kota lama
dengan gedung runtuh 
dan langit terbakar merah 
               ada juga hutan rimba 
               tempat nyawa tersesat
               terbayang di dalam
               lengking rusa yang lari terluka
....

4. Sitor Situmorang

Seniman kelahiran Samosir, 2 Oktober 1924. Pernah menjadi tahanan politik di pemerintahan orde baru. Beliau juga pernah memimpin harian Berita Indonesia dan menjadi anggota MPRS.

Karya-karyanya terdiri dari: Surat Kertas Hijau(1953), Dalam Sajak(1955), Wajah Tak Bernama(1956).
Nukilan puisi beliau;

Alam Dalam Alam
(Ekologi)

Kutempuh hutan negeriku
melalui titi pohon berlumut
Seluruh sadar hanyut
ditelan arus napas alam

Di kiri kanan ngarai
Di dasarnya desah air
Hening seluruh margasatwa 
menyatu dalam kelima indera 
terbalut arus jagatnya

Tujuan jauh di balik sana 
Tapi selama jantung berdegap
Pedang syair terus kusandang 
Menembus Zen di balik pandang

5. W.S. Rendra

Pemilik nama Wahyu Sulaiman Rendra ini lahir di Surakarta, 7 November 1935. Penyair yang juga aktif bermain drama. Mendirikan grup drama dan Bengkel Teater.

Buku kumpulan puisinya: Balada Orang-Orang Tercinta, Sajak-Sajak Sepatu Tua, Blues Untuk Bonnie, Potret Pembangunan dalam Puisi, dan masih banyak lagi. 
Salah satu puisi beliau di bawah ini;

Kesaksian Tahun 1967

Dunia yang kita bina adalah baja
kaca dan tambang-tambang
yang mendera
Bumi bakal tidak lagi perawan
tergarap dan terbuka
sebagai lonte yang terbuka
Mimpi yang kita kejar,
mimpi platina yang berkilatan
Dunia yang kita injak, dunia kemelaratan
Keadaan yang menyekap kita,
rahang serigala yang menganga
Nasib kita melayang seperti awan 
menantang dan menertawakan kita
menjadi kabut dalam tidur malam
menjadi surya dalam kerja siangnya
....

6. Taufiq Ismail

Salah satu anggota Dewan Kesenian Jakarta ini lahir di Sumatra Barat. Pernah mengikuti Festival Penyair Internasional, Rotterdam. Beliau juga mendapat penghargaan berupa Anugerah Seni dari Pemerintah RI, 1970.

Karyanya berupa puisi: Tirani(1966), Puisi-Puisi Sepi(1971), Sajak Ladang Jagung(1973), dan masih ada lagi.
Berikut potongan puisi beliau;

Unta

"Hai unta, mengapa wajahmu kelihatan sedih selalu?
Dan kenapa kamu jalan membungkuk-bungkuk seperti nenek tua?"

"Hai anak, janganlah kamu berkata seperti itu
Saya memang seekor unta yang biasa, tapi makhluk Tuhan juga"

"Orang-orang menyebutku kapal padang pasir 
Karena saya tahan jalan berhari-hari dalam panas yang seperti api 
Sambil membawa beban manusia dan barang-barang pula
Memang tidak cepat, tapi badanku amat kuat"
....

7. Sapardi Djoko Damono 

Siapa yang enggak kenal eyang Sapardi? Penyair legendaris paling romantis dengan diksi-diksinya. Lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Penyair dengan segudang prestasi ini produktif berkarya hingga akhir hayatnya.

Puisinya berjudul "Hujan Bulan Juni" pernah diangkat ke layar lebar. Bahkan puisi "Aku Ingin" tersebar di media sosial oleh kalangan anak muda.

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu 
dengan sederhana 
dengan kata yang tak sempat 
diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu 
dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan 
yang menjadikannya tiada

Nah, itulah nama-nama penyair legendaris yang penulis maksud. Bila merasa kurang, silakan teman-teman tambahkan masing-masing referensinya ya. Semoga apa yang penulis sampaikan ini, bermanfaat bagi pembaca. 

Artikel ini ditulis berdasarkan hasil bacaan penulis sendiri, ditulis kembali untuk berbagi, agar ilmu mengalir seperti air. Sekian!


Posting Komentar

0 Komentar