Segala Rasa yang Tertulis Dalam Ingatan

                 Pixabay.com


Yang Tak Berujung

Lukamu bak ombak menggulung
ia pelan-pelan menghempas 
merampas kewarasan
hingga ragamu terdiam 
dibawa arus kepasrahan

harusnya kau paham ilmu alam
sebelum menyelam terlalu dalam
bahwa hidup ini seperti laut
selalu ada pasang surut

hari ini, kau tenggelam di dasar hati
yang biru
besok,  kau berlabuh dalam pelukan
yang hangat

tapi kenapa kau sebut itu
tak berujung? 

Sarjo,  01 Juni 2021



Aku dan Sebuah Jawaban

detik begitu cepat berdetak 
merekam jejak yang tak pernah siap berlalu

di jalan ini
kuayunkan langkah tanpa sedikit pun berbalik
sebab kata ibu, tak ada masa depan bagi seseorang yang selalu menoleh 

setelah merenung panjang
aku paham pikiranku terlalu pendek memberi jawaban

"hidup bukan tentang siapa paling hebat, tapi apa yang kaubuat agar orang lain bisa kuat"

Sarjo, 02 Juni 2021



Belajar Menanam

Di taman hati 
namamu kutanam diam diam
kusiram dengan air doa seperdua malam
tapi tak ada tanda tanda 
kau akan bertumbuh

Musim pun berganti
kau masih menjadi bibit di hati
kupupuk sekali lagi
dan tetap saja mati

Aku memang bukan petani 
yang mahir merawat padi
yang kutahu rasa itu seperti tanaman
tumbuh dan berbuah 

Atau barangkali kita diciptakan 
bukan untuk tumbuh serumah
tapi menjadi petani yang bijak 
menanam rasa

Sarjo, 04 Juni 2021



Seperti Halte

Seperti halte,
aku membatu ditemani riuh kendaraan 
duduk menghabiskan keragu-raguan
menimbang pilihan: pergi atau bertahan

Jauh di seberang, 
trauma terbayang-bayang
melambai,
bangunkan aku dari hibernasi kedunguan
perihal kau yang pandai melempar dadu 
memainkan perasaan

Seperti halte,
aku menjadikan diri ruang penantian panjang
meski tahu kau kendaraan 
yang akan menemukan penumpang 
di perjalanan

Sarjo, 06 Juni 2021



Bukan Sepasang Pena

Ibarat puisi 
kau pena kecil yang tabah
merangkai diksi dalam bait baitku
dan aku menjelma titik
diam tergugu

Bukan tentang rima yang rumit
tapi repetisi intuisi berulang ulang
kau tuliskan di hati
hingga aku lupa di larik ke berapa
rasaku bersajak

Namun, seperti baris baru
kau pergi di deret akhir
sebelum puisi ini lahir
menyisakan coretan tak bernama
yang kutebalkan sebagai kenangan

Lalu kusimpulkan bahwa 
kita memang bukan sepasang pena
yang saling menuliskan nama
di selasar doa

Sarjo, 09 Juni 2021



Posting Komentar

0 Komentar