Ritual Ibu
Oleh: Lidia
Embun sabar menempel lebar
di hati ibu kala subuh
ditemani gigil angin
mendekap tubuh hangat
semangatnya
Di depan dapur
ibu menghidang bubur
rempah-rempah dicampur
membaur dalam wajan ikan-ikan
menjadi asin, asam, manis, pedas
bersatu seperti perasaan ibu.
Aroma masakan membubung
menuju kamarku, bilik ayah, bahkan
mungkin ke rumah penjual rempah
tempat ibu belanja
dengan harga tawaran iba
sesuai isi dompetnya
atau menuju rumah petani
yang sedang berdoa
untuk kesehatan rempahnya
Aku dan siapa pun
yang menghirup bumbu ramuan ibu
tak pernah tahu suara-suara
yang terkunci di hati ibu
meski begitu ia tetap menjaga rasa masakan itu
yang kerap ayah serap kurangnya
tapi tetap memuji ibu
sebab ayah tahu kemahalan rempah
tak dapat memurahkan cinta ibu akan keluarga
Embun sabar kian menempel lebar di hati ibu
menjalankan ritual pagi
bersama doa-doa besarnya
Sarjo, 8 Agustus 2022
Kayu Ibu
Kecanggihan zaman
tak dapat menghapus ingatan kecilku
tentang kemunduran Soeharto dari kursi presiden
yang memajukan krisis ekonomi
dan menjadikan ibu pemulung kayu bakar
di belantara sunyi
menepis ketakutan sendiri
Kala lalu
aku tak paham mengapa ibu menyiksa diri memikul tumpukan kayu
sedang di rumah ada dua kompor minyak
Usia kecil ternyata tak mampu menampung besarnya keresahan ibu
akan keringnya pemasukan
lalu pengeluaran mengalir deras
setiap hari
Tetapi tak pernah kudengar gerutu ibu
berkobar-kobar di depan tungku
yang kulihat hanyalah peluh lelah
diam membasahi matanya
apa itu bukti ibu merasa terjajah?
Sarjo, 10 Agustus 2022
Gerobak Ibu
Di atas gerobak tua
ia menyusun kotak-kotak jualan
sebagai kerja harian
untuk jaminan masa depan
Ia mendorong gerobak itu
menuju sekolahan
menyusuri jejak anak-anak
di mana kiri kanan rumput menyambut
Kaki gerobak tersandung batu
sebab ibu berjalan menahan kantuk
kepalanya seperti tertimpa beban berat
dan gerobak tua
tak lihat berapa jam ibu habiskan di depan tungku saat subuh
untuk menanak kerinduan pada anaknya
yang begitu cepat terbang
ke tanah rantau
Entah siapa yang kelak rihat lebih dulu
apakah gerobak atau tuannya
sebab jari-jari ibu sudah kaku
mengaduk adonan hidup kian keras
dan tubuh gerobak terlalu berkarat
menanggung semangat ibu
yang tetap baru
Sarjo, 10 Agustus 2022
Baca juga: puisi Merayakan Kemerdekaan di sini
0 Komentar