Yang Diyakini Dari Cuaca
Pada cuaca kita percaya
hujan jatuh kala langit berkabut
dengan angin sebagai pengiring
serupa hati yang dingin
Kemarau kita menguning, kering
meriuhkan ingin di selasar doa
dengan guguran daun sebagai tanda
musim tiba sesuai perhitunganNya
Pada pancaroba kita mencoba
menyapa, melambai, di depan layar bersama derasnya hujan sinyal
dan kau berkata
: Corona tak kenal nama, apalagi cuaca
Bukankah telah kukatakan padamu
selain kemarau-hujan
kita pun menikmati musim airmata
kehilangan siapa saja
Sarjo, 14 Februari 2022
Suara Sunyi 1
Aku berada di antara sekumpulan nyamuk pengisap darah
melantunkan irama kebimbangan
tak kunjung purna
pada perjalanan cita yang kusebut
impian
Nada nada sunyi mengiringi
lamunan pagiku
sesaat setelah kukenang
hujan yang jatuh waktu itu
Makassar, 08 Oktober 2021
Partograf
Selembar kertas di atas meja
bergaris kotak penuh petak
memukul-mukul kepala
menghadirkan kembali bayang-bayang rupamu
Di jariku pena terdiam
memetakan denyut nadi
kau bertutur keluh melulu
nyeri melilit tak menentu
kelahiran begitu lama
Tepat di empat jam kedua
kontraksi tak beraturan
seperti penghasilan harianku
tak keruan
Partograf itu lagi-lagi mengingatkan
pekerjaan musim ini
butuh diukur
sebelum kegawatdaruratan perut
makin akut
tetapi aku tak paham peta hidup
Sarjo, 18 Januari 2022
Layang-layang 2
Serupa layang-layang
Waktu menarik ulur benang impianku
Ketika langkah mengawan
Hendak memasuki pintu gemilang
Angin waktu membawaku merapal nama musim yang tak bisa kueja
Dan ia menghempaskan tubuh
Membujur di atas tanah yang nantinya menyadarkan bahwa ketinggian tak selamanya memuncak
Akan ada jatuh membuatku patuh
Pada hukum alam
Serupa layang-layang
Aku jatuh-bangun diterbangkan angin waktu
Dan aku lalai berbenah
Sarjo, 2022
Baca juga: puisi Di Balik Tirai di sini
0 Komentar