Yang Diyakini Dari Cuaca (Puisi)

 
Ilustrasi: Pixabay.com




Yang Diyakini Dari Cuaca

Pada cuaca kita percaya
hujan jatuh kala langit berkabut 
dengan angin sebagai pengiring
serupa hati yang dingin

Kemarau kita menguning, kering
meriuhkan ingin di selasar doa
dengan guguran daun sebagai tanda
musim tiba sesuai perhitunganNya

Pada pancaroba kita mencoba
menyapa, melambai, di depan layar bersama derasnya hujan sinyal
dan kau berkata
: Corona tak kenal nama, apalagi cuaca

Bukankah telah kukatakan padamu
selain kemarau-hujan 
kita pun menikmati musim airmata
kehilangan siapa saja

Sarjo, 14 Februari 2022



Suara Sunyi 1

Aku berada di antara sekumpulan nyamuk pengisap darah 
melantunkan irama kebimbangan 
tak kunjung purna
pada perjalanan cita yang kusebut 
impian

Nada nada sunyi mengiringi 
lamunan pagiku
sesaat setelah kukenang 
hujan yang jatuh waktu itu

Makassar, 08 Oktober 2021



Partograf

Selembar kertas di atas meja
bergaris kotak penuh petak
memukul-mukul kepala
menghadirkan kembali bayang-bayang rupamu

Di jariku pena terdiam
memetakan denyut nadi 
kau bertutur keluh melulu
nyeri melilit tak menentu
kelahiran begitu lama

Tepat di empat jam kedua
kontraksi tak beraturan
seperti penghasilan harianku
tak keruan

Partograf itu lagi-lagi mengingatkan
pekerjaan musim ini
butuh diukur 
sebelum kegawatdaruratan perut 
makin akut
tetapi aku tak paham peta hidup

Sarjo, 18 Januari 2022



Layang-layang 2

Serupa layang-layang 
Waktu menarik ulur benang impianku
Ketika langkah mengawan
Hendak memasuki pintu gemilang

Angin waktu membawaku merapal nama musim yang tak bisa kueja
Dan ia menghempaskan tubuh 
Membujur di atas tanah yang nantinya menyadarkan bahwa ketinggian tak selamanya memuncak
Akan ada jatuh membuatku patuh
Pada hukum alam

Serupa layang-layang
Aku jatuh-bangun diterbangkan angin waktu
Dan aku lalai berbenah

Sarjo, 2022 





Baca juga: puisi Di Balik Tirai di sini

Posting Komentar

0 Komentar