Di Balik Tirai
Di balik tirai menjuntai
selembar kain bersimbah mekonium
memeluk tubuh mungil
klem, gunting, sarungtangan
kurendam dalam klorin
memudar noda-noda
hingga tampak suci
seperti kelahiranmu
Wewangian sampah lampin
di samping
menepuk hidung
aku sejenak tersadar mencium bau
diri sendiri
"debu-debu khilaf menjamur
lebih hitam dari mekonium itu"
Sarjo, 16 Januari 2022
Pintu
Pintu rumah menganga
segala isinya tampak
bagai luka yang terbuka
tangan yang cakap mengatup
telah rebah ditebas cuaca
Di dinding fotomu miring
di meja buku-buku saling berdamping
kau merapikan tanpa kuinginkan
lalu menutup pintu
seperti mengunci mulut
orang-orang bergunjing
Pintu ini
Selalu menjadi jalan masuk-keluar
bagi penyakit yang sekadar bertamu
atau menetap menjangkit
serupa dirimu!
Sarjo, 04 Februari 2022
Jendela
Sekelompok semut berlarian
ketika kubuka mata jendela
seorang anak berseragam membenahi cita-cita
ibu-ibu mematangkan asa
Di seberang pagar
kudengar siulmu memantul
memecah ritual pagiku
yang sibuk memilah kata
pergi-pulang
jatuh-bangkit
tidur-bangun
mimpi!
Jendela sengaja kubuka lebar
agar aku terbiasa memandang dunia luar
tapi kau tak lagi di sana
saat tirai jendela kututup
dan jejeran derita kembali tidur
merangkai mimpi yang lain
Sarjo, 10 Desember 2021
Pintu Itu
Kubuka pintu itu
tampak kau di seberang jalan
duduk menonton orang-orang berlalu
seperti menghitung menit kematian
Kau memanggilku dengan suara serak-serak, mungkin lehermu kering
sekering helaian daun-daun
di mataku
Bayang-bayang dalam kepala
nada segenggam lidi menyapu
menunda tubuh menoleh seruanmu
lalu kau senyap penuh tanya
Kututup pintu itu
setelah langit abu-abu
dan kau tak lagi di sana
selama-lamanya
mengabu di ingatanku
Kau pintu duka yang terbuka
di tengah malam itu
Sarjo, 15 Februari 2022
Baca juga: puisi Daun di Atas Kepala di sini
0 Komentar