Di Balik Tirai (Puisi)

 
Ilustrasi: Pixabay.com



Di Balik Tirai

Di balik tirai menjuntai
selembar kain bersimbah mekonium
memeluk tubuh mungil

klem, gunting, sarungtangan
kurendam dalam klorin
memudar noda-noda
hingga tampak suci
seperti kelahiranmu

Wewangian sampah lampin
di samping
menepuk hidung 
aku sejenak tersadar mencium bau
diri sendiri
"debu-debu khilaf menjamur
lebih hitam dari mekonium itu"

Sarjo, 16 Januari 2022



Pintu

Pintu rumah menganga
segala isinya tampak 
bagai luka yang terbuka
tangan yang cakap mengatup
telah rebah ditebas cuaca

Di dinding fotomu miring
di meja buku-buku saling berdamping
kau merapikan tanpa kuinginkan
lalu menutup pintu 
seperti mengunci mulut 
orang-orang bergunjing 

Pintu ini
Selalu menjadi jalan masuk-keluar
bagi penyakit yang sekadar bertamu
atau menetap menjangkit
serupa dirimu!

Sarjo, 04 Februari 2022



Jendela

Sekelompok semut berlarian
ketika kubuka mata jendela
seorang anak berseragam membenahi cita-cita
ibu-ibu mematangkan asa

Di seberang pagar
kudengar siulmu memantul
memecah ritual pagiku
yang sibuk memilah kata
pergi-pulang
jatuh-bangkit
tidur-bangun
mimpi!

Jendela sengaja kubuka lebar
agar aku terbiasa memandang dunia luar
tapi kau tak lagi di sana
saat tirai jendela kututup
dan jejeran derita kembali tidur
merangkai mimpi yang lain

Sarjo, 10 Desember 2021



Pintu Itu

Kubuka pintu itu
tampak kau di seberang jalan
duduk menonton orang-orang berlalu
seperti menghitung menit kematian

Kau memanggilku dengan suara serak-serak, mungkin lehermu kering
sekering helaian daun-daun 
di mataku

Bayang-bayang dalam kepala
nada segenggam lidi menyapu
menunda tubuh menoleh seruanmu
lalu kau senyap penuh tanya

Kututup pintu itu
setelah langit abu-abu
dan kau tak lagi di sana
selama-lamanya
mengabu di ingatanku

Kau pintu duka yang terbuka 
di tengah malam itu

Sarjo, 15 Februari 2022






Baca juga: puisi Daun di Atas Kepala di sini


Posting Komentar

0 Komentar