Dermaga Bisu (Puisi)

 

Ilustrasi: Pixabay.com



Dermaga Bisu
Oleh: Lidia

Aku menanti kepulangan ayah
dan menonton orang-orang 
yang basah oleh pelukan 

Kapal pertemuan dan perpisahan
hadir bergantian
menjatuhkan gerimis dari kabut mata
entah di pelabuhan mana ia bersandar

Kadang ombak keraguan-raguan
menghempas atma
ibarat keong menari dibawa air
tetapi doanya setegar karang

Kita selalu menolak menunggu
dan takhenti menjadikan diri dermaga

2020



Biduk 2

Ibarat pasang surut
ombak maut datang bergilir
menggulir kapal-kapal nyawa
yang berlayar tepat pada detiknya

Di bibir pantai
kau meramal cuaca 
meyakinkan diri selamat di tengah gelombang
lalu berangkat tanpa kata

Dari kejauhan kupandangi pundakmu
kuiringi dengan pasir-pasir doa
tetapi doaku berjalan lambat seperti siput itu
sedang kau biduk tua tak lagi mampu
melawan badai di depan mata
hingga karam terbawa arus 

Perihal laut, biduk bisa menjadi jalan menuju maut.

Sarjo, 15 Mei 2022



Pelaut

Alun membawa tubuhnya berlayar
Mengarungi samudra yang tanda tanya
Tanpa bekal
Tanpa teman

Ia pergi dengan sekantong harapan di pundak
Mengayuh biduk tua yang ragu-ragu dihempas ombak 
Entah di mana hendak menepi,
di atas hamparan suka atau di dasar lautan duka

Ia pun kadang-kadang bernyanyi 
Mengajak perahu menepis sepi
Melagukan kidung paling purba;
"Nenek moyangku seorang pelaut"

Lagu yang sama kala itu
Ketika ayahnya kali pertama 
mengajarkan mendayung nasib
di tengah laut yang berujung maut

Alun membawa tubuhnya berlayar
Memasuki lorong-lorong waktu
menuju matahari terbenam
Tanpa takut
Tanpa kalut
Demi sesuap kehidupan 

Mamuju Utara, 07 Agustus 2020



Yang Terdalam

Biruku tak selamanya tenang
akan beriak mengikuti arus 
takdir Tuhan
di mana dasarnya tak bisa kauukur
dengan matamu

Hati pun demikian
yang kau anggap mudah diselami
akan menenggelamkanmu di palung terdalam
dan kau tak tahu cara kembali

Sudahlah!
tak ada pelampung untuk kau
yang lupa diri

Sarjo, 07 September 2021






Baca juga: Yang Diyakini Dari Cuaca di sini












Dermaga Bisu
Oleh: Lidia

Aku menanti kepulangan ayah
dan menonton orang-orang
yang basah oleh pelukan

Kapal pertemuan dan perpisahan
hadir bergantian
menjatuhkan gerimis dari kabut mata
entah di pelabuhan mana ia bersandar

Kadang ombak keraguan-raguan
menghempas atma
ibarat keong menari dibawa air
tetapi doanya setegar karang

Kita selalu menolak menunggu
dan takhenti menjadikan diri dermaga

2020


Dermaga Bisu
Oleh: Lidia

Aku menanti kepulangan ayah
dan menonton orang-orang
yang basah oleh pelukan

Kapal pertemuan dan perpisahan
hadir bergantian
menjatuhkan gerimis dari kabut mata
entah di pelabuhan mana ia bersandar

Kadang ombak keraguan-raguan
menghempas atma
ibarat keong menari dibawa air
tetapi doanya setegar karang

Kita selalu menolak menunggu
dan takhenti menjadikan diri dermaga

2020


Posting Komentar

0 Komentar