Genangan
Di bawah pohon berteduh
kita menyaksikan guyuran langit
menempias pada rupa dedaunan
sesekali menderas berlagu
memekik
Sesaat berlalu mendung tetiba cerah
rinai usai
diam
menyisakan genangan
Kita saling tatap
apakah perasaan kita seperti itu?
Sarjo, 29 Januari 2022
Gerimis Sore Itu
Gerimis sore itu
membasahi ingatanku
tentang janji yang tak sampai
terhalang-halang mendung
Karena getir berpetir
kusambut hujan itu tanpa payung
hingga tubuh kuyup luka
dan tak ada kau di sana
Gerimis sore itu
dinginkan dada dari hangat kata-katamu
yang bergemuruh selalu
Bagai kilat menyambar
begitulah lidahmu berkilah
mencakar tanpa tahu perih
sedang hati mudah luluh
meleleh
seperti hujan ini
Sarjo, 29 Januari 2022
Genting Tua
Air menetes mengetuk kepala
setelah berhasil melubangi atap rumah
seperti kata-katamu
yang suka menusuk hati
kutadah dengan cawan kecil
semakin banyak
hingga cukup membasuh wajah
yang sembap airmata
Telah kutambal genting tua itu
dengan sepotong seng baru
agar senang hati ibu
tapi kau tak akan bisa menambal lukaku seperti genting itu
meski kau nukil puisi-puisi selembut sutra
sebab hati punya masa pulihnya sendiri
Sarjo, 30 Januari 2022
Hujan 2
Titik air kembali terdengar
mengetuk genting rumah
nada yang dulu masih sama
mengajak kita mandi hujan
Kuintip dari jendela
seperti memutar rekaman lama
kau datang menumbuhkan batang hidupku yang patah
Hanya sesaat
semua terhenti saat hujan reda
dan kau beranjak pergi
bersama rinai yang kering di jendela
Suka duka laiknya rintik itu
jatuh, mengalir dalam kenang
menyisakan tangis atau senyap bersama lelap
dan kita belum mampu menutup jendela luka
dengan tirai pelangi
Sarjo, 29 Januari 2022
Baca juga: puisi Bunga di Tengah Sabana di sini
0 Komentar