Mengintip Pagi Ibu
Dalam dapur pagi itu
kutemukan ibu menanak
ikan-ikan dibaringkan di atas pemanggang
sayur-sayur dicampur dalam panci
diaduk setulus hati
Di ruang tengah
ibu merapikan kursi
meja bertaplak dihiasi bunga
berdiri dengan senyum menawan
Pada beranda
ada bunga-bunga
berbaris menatap jalan
ibu siram dengan harapan
tetap tumbuh beranak
seperti dirinya yang memiliki anak
Pagi ibu serupa kantor besar
di mana dirinya jadi pegawai
tanpa menuntut bayaran tinggi
sebab cintanya begitu luas
seluas samudra
yang kedalamannya tak bisa diukur
atau kuhitung-hitung dengan kalkulator ayah.
Kelak, kuingin seperti ibu
menjadikan rumah dan keluarga
sebaik-baik surga
Sarjo, 20 Desember 2022
Pelangi
Seiring bertumbuhnya usia
pengalaman menggambar hitam perjalananku
di antara keceriaan memutih
ada kemerahan menempel
pada wajah ibu kian senja
Warna warni kehidupan bercampur
menjadi jalan berliku
dan kau penopang segala rapuh
Ibu!
kau pelangi sepanjang waktu
setelah hujan reda di mata
menyalakan kebahagiaan
pada hati gelap pilu
Sarjo, 7 Desember 2022
Ketika Ibu Menangis
Kau meneropong mata ibu
ada air hendak tumpah
tapi bulu lentik itu berkedip-kedip
menunda deras air
Di hatimu
pertanyaan beramai-ramai
berlomba ingin didengarkan
kau tunda
lalu memilih diam
"Ibu menangis?"
Kau tak mendengar
deru hatinya teriris
sebab lidahmu yang runcing itu
naluri tuli
dimakan emosi
Ibu menunduk
doa ditabur
dan kau tak koreksi diri
Sarjo, 12122022
Di Meja Makan
Di meja makan
aku menikmati masakan ibu
memaknai asin, asam, manis
kutelan pelan-pelan
ada haru sepedas cabai
Di meja itu
kutemukan rasa baru
berisi bumbu cinta ibu
jadi kaldu
Sarjo, 17 Desember 2022
Baca juga: puisi Lidia Rumah Tua di sini
0 Komentar