Matahari Tak Terbit (Puisi)

 
Ilustrasi: Pixabay.com




Matahari Tak Terbit

Ada yang beda pagi ini,
Udara memeluk tak seperti biasanya
Gigil menusuk menembus tulang-belulang,
Kabut pun makin menghitam

Rinai tiba-tiba merintik 
Membasahi dedaunan paling hijau
Sedang ia diam terpaku
Menatap lorong lengang 
Menantikan langkah 

Tanda tanya mulai bergemuruh 
di kepala
Mungkin hujan akan membanjiri
halaman hati sepagi ini
Atau petir siaga menyambar 
senyum paling mekar

Ia mulai basah dalam penantian
Yang ditunggu tak jua bertemu
Jemu beradu keragu-raguan
Debar pun tak beraturan
Seperti anak kecil 
sedang diburu ketakutan

Suara gemetar bertandang,
memperjelas deras airmata 
Yang hendak meruah di bak wajah
Ini salahmu!
"Matahari membenam 
Ketika buru-buru terbit di matamu"

Sarjo, 22 Oktober 2019



Mata yang Memata Matai

Di jendela matamu,
Ada titik berbintik,
kepura-puraan.
Sembunyi pada mimik,
senyum semu.

Matamu mataku,
Sama-sama lihai membaca
Tetapi, diam caraku 
bersandiwara.

Bila nanti kebenaran terucap di bibirmu
Dan kebohongan bungkam di bibirku
Karma mulai, dan maaf berakhir.

Barru, 03 Agustus 2019



Risau yang Pisau

Aku terperangah menyimak riuh napasmu
Menggoyahkan tubuh perkasa
Rebah tepat di langit rumah paling rapuh
Bersama hujan yang tak henti mencicipi air mata

Di seberang jalan,
Anak-anak riang memungut buah bencana
dihempas badai, bermandikan daun-daun yang sampah
dan pelan-pelan tertimbun lelehan tanah
Sedang gelisah menjelma belati
Menusuk-nusuk keyakinan

Di kota ini,
Haru biru berkecamuk pilu
Dan aku bersimpuh, bersimbah rasa yang tercabik.

Sarjo, 09 Januari 2020



Bertahan Pada Satu Nama

Barangkali berharap adalah kebodohan
Setelah penolakan berkali-kali kau layangkan
Atau cinta sedang mengajarkan keikhlasan
pada hati yang patah untuk tetap bertahan

Seperti hujan,
Aku akan datang meski tak ditunggu
Menempias di jendela hatimu yang tertutup
Lalu pelan-pelan mengering ditiup angin
Hingga hilang

Barangkali berharap adalah kebodohan
Kebodohan yang 'kan memberi pemahaman bahwa cinta memang tak pernah menyerah
Pun tak menginginkan balasan.

Parepare, 14 Juli 2019



Kepada Teman

Teman,
Beri tahu aku gejolak api di dadamu
Biar kupadamkan dengan air maaf
Sebelum kasihsayangku mengabu

Kau hanya tergagu,
Diam memenjarakan diri
Mencipta tanya di tungku kepalaku
Dan mengajak terbakar bersama
dalam bara kemarahan yang membara

Teman,
Bersuaralah!
Suarakan suara itu
Agar tak ada dinding pemisah 
Atau asap kebencian yang mengepul

Di ruang kegerahan ini,
Ingin kutumpahkan seruan-seruan mendidih
Tapi raut wajah itu makin memerah
Aku ragu meramu kata penangkal

Parepare, 11 Juli 2019



Baca juga: puisi Bercermin di Wajahmu di sini

Posting Komentar

0 Komentar