: Esraa Jaabis
Rindumu berawal dari api
yang menyala dan menyapa
semua mata terbuka
Di jalan itu
api kian berkobar
sebelum sempat kau melambai
meninggalkan Palestina
Kau berharap belas kasih
tapi kasihMu tak sampai
di tangan zionis
ia malah menambah bara
dan kau bukanlah Ibrahim
yang dingin dalam lingkaran api
Tangis jeritanmu menyayat
lagi lagi ia tak peduli
hingga lepuh-lepuh menjadi tanda di wajahmu
tanda kekejaman hati hitamnya
Tapi bagimu, perih lepuh tak sepedih rindu
yang membakar sepanjang tahun
sepanjang jeruji membelenggu
membuat kau tak lagi bisa menghapus airmata
ketakutan anakmu yang masih kecil itu
Sarjo, 19 Februari 2024
Doa yang meledak malam itu
masih saja sama dengan doa-doa
malam sebelumnya
ketika kau memohon untuk tetap sehat
bebas dan kuat
kau minta berulang-ulang diiringi airmata
yang tak henti-henti tumpah
Dalam kepanikan tak terkendali
hanya Tuhan satu-satunya yang kau sebut
lalu berlari membawa anak-anakmu
yang lugu dan lucu
Tetapi belum juga doa itu berakhir
bom kembali mengguncang jiwamu
mengawali doa yang baru
hingga gumpalan hitam menyelimuti Gaza
Aku tak tahu doa apa yang kaubaca
di tengah Gaza yang panas
tiba-tiba hatimu bisa dingin dan tenang
kuat tak takut mati
Sarjo, 16 Februari 2024
Ada yang riuh di tengah malam
mengusik mimpi anak-anak
yang tidak tahu lagi cara menikmati tidur
bersama ibu, diam didekap cemas
Baru saja terlelap
suara roket itu mengejutkan
membuat ibu terbangun
merangkul anaknya
yang menangis
yang panik
Sedang di luar sana
di perbatasan itu, pintu masuk telah ditutup
tak ada pertolongan
Ibu melepas anak-anaknya berlari
sembunyi di bilik malam kian hitam
sembunyi dari senjata zionis
yang tak mengenal iba itu
Anak-anak kecil bertemankan tangis
terus berlari dituntun ketakutan
mencari perlindungan
mencari ketenangan
dengan perut yang kelaparan
hingga malam menjadi saksi
kezaliman Israel
Sarjo, 20 Februari 2024
0 Komentar