Layang-layang (Puisi)

 
Ilustrasi: Pixabay.com




Layang-Layang

Seperti layang-layang,
tak bebas terbang.
Benang-benang keberanianku ditarik, diulur, ditarik lagi
Bahkan berdiri di tempat itu-itu saja; tempat di mana orang-orang memendam impian.

Terkadang kuingin menjahit sayap di punggung
Lalu bercengkerama pada burung-burung
Mendengar cerita-cerita petualangan 
tentang kehebatannya mengelilingi bentala seharian

Sesekali kumenerawang di langit yang mengawan
Mencari-cari pintu keluar 
dari buncahan rasa yang menggembok
Memilah, lalu memilih satu jalan lurus; jalan renungan menuju sabar

Suatu saat nanti, 
Ketika masa berganti
Layang-layang akan terbang sendiri.

ParePare, 19 Juli 2019



Ada Jalan Yang Sulit Ditempuh

Asa kerap kali mengukir kecewa 
Ketika upaya tak sesuai adanya
Menumpahkan seruan kutukan
Memaki-maki diri hingga rebah 
dalam lelehan air mata

Ada satu jalan paling sulit ditempuh;
jalan ikhlas menerima kekalahan
Mudah merapal
Muskil dilalui
Kadang tersesat
Lalu diam

Di jalan berliku-liku ini,
Aku maju-mundur menentukan arah

Barru, 26 Juli 2019



Pesan Ayah

Waktu kecil, Ayah suka berpesan padaku agar selalu berbuat baik kepada setiap orang: yang baik dan pura-pura baik.

Pun belajar membagi barang-barang yang tidak kupakai,
biar besar nanti tahu memberi pada orang yang lebih membutuhkan.
Dengan begitu, aku bisa bahagia melihat benda kesayanganku dimiliki orang lain.

Bukankah memang seharusnya kita berbagi pada orang yang tidak berpunya,
Yah! Aku berikan dia untukmu.
Ambillah.

Sarjo, 23 Oktober 2019



Cerita Pekerja Malang

Dari pagi ke malam
Aku duduk menghabiskan waktu
Memasuki ruang kesibukan paling sibuk
Hingga tubuh lupa rebahan

Kemarin, hari ini, dan esok adalah rutinitas paling teratur kujalani
Tak kenal rihlah
Apalagi merasakan hangat senyum keluarga
Sungguh seram perjalanan 
menemukan pundi-pundi bulanan

Jam kerja telah mengubah pola hidup
Mengikat kaki melangkah ke luar sana
Ingin kulepas, tapi dengan apa membayar hidup
Sedang harga makin naik saja

Kerap kerinduan masa kecil membayang
Menawarkan selaksa bahagia untuk pulang
Kembali pada jiwa kekanak-kanakan
Yang tak pernah mengerti arti derita

Menjadi dewasa selalu menuntut tubuh berjuang 
Melawan atau bertahan dihempas badai kehidupan
Namun jika aku hanya orang bawahan
Apa yang harus kulakukan
untuk bisa tetap makan?

Sarjo, 17 Januari 2020




Baca juga: puisi Tak lagi Hijau di sini

Posting Komentar

0 Komentar